Aji Janantaka
DESKRIPSI NASKAH
- Tanggal deskripsi : Juli 2020
- Kode dan nomor naskah : T/I/6/Disbud
- Judul Naskah : Aji Janantaka
- Pengarang/Penulis : I Wayan Samba, Kubu Tambahan, Singaraja
- Nama Pemilik/Lokasi : Dinas Kebudayaan Provinsi Bali
- Tahun Penyalinan : 1953
- Tempat penyalinan : Singaraja Bali
- Jenis alas naskah : Daun Lontar
- Kondisi Fisik : bagus
- Penjilidan/cakepan : utuh
- Bentuk : prosa
- Sampul : Kayu
- Penomoran halaman : ada, pada lembar b
- Jumlah total halaman : 17 lembar
- Jumlah halaman kosong : 1 lembar
- Jumlah halaman isi : 16 lembar
- Jumlah baris dlm setiap halaman : 4 baris
- Ukuran naskah dalam Cm. (pxlxt) : 35x3,5
24, Ukuran teks dalam Cm. (pxl) : 29x2,5
- Illuminasi/illustrasi : ‘-
- Aksara dan Bahasa : Aksara Bali, Bahasa Jawa Kuna
- Warna tinta : Hitam
- Catatan lain : -
- Kolofon : ada
- Ringkasan Isi dalam tiap teks :
Menceritakan raja Jananataka yang didampingi oleh lima mahapatihnya dan didampingi oleh beberapa punggawa, manca, prebekel, Pacalang, kelian banjar dan pembantunya. Suatu ketika terjadilah musibah penyakit penyakit lepra yang tidak dapat diobati.Patihnya diutus menghadap Bhatara Dharma memohon agar penyakit dapat dimusnahkan.Tetapi Bhatara Dharma tidak mau mengobati penyakit cukildaki dan penyarankan untuk memindahkan kerajaan ke Wanapringga.Setelah itu barulah Bhatara Dharma memberi penglukatan tirta penglepas prana.
Diceritakan penjelasan macam-macam kayu, prabu menjelma jadi kayu nangka, patih menjadi kayu kayu teges, arya menjadi kayu benda dan kayu sentul, Demung menjadi kayu tangi dan kayu kladnyana, tumenggung kayu kapundung, pecalang kayu buni.Prebekel kayu bengkel, kelian banjar menjadi kayu pullet, dan rakyat tumbuh menjadi kayu bermacam-macam kayu sembrangan.Bhatara Dharma turun ke bumi menuju Wanapringga disambut oleh Kyu Byur dan kayu gempinis, dan dijamu dengan buah-buahan.Bhatara dharma menglebur segala kecemeran kayu tersebut, kayu bayur dan gempinis pertama, dan diikuti oleh yang lainnya. Dan mengingat akan wangsanya dari kayu-kayu tersebut, dan mengingatkan jenis kayu tersebut tidak dipakai bangunan pura atau kahyangan, karena bekas penyakit cukildaki..
Setelah melukat kayu-kayu tersebut datanglah kayu cendana, cempaka putih, cempaka kuning, kayu sari, kayu menyan memohon panglukatan. Kayu cempaka wilis dan kayu base yang tidak melukat, itulah sebabnya kayu itu tidak boleh dipakai bangunan pura. Diceritakan jenis-jenis bunga seperti sandat, jepun, kanigara, tigaron dan lain-lain mohon penglukatan, kecuali bunga tuludnyuh dan bunga salikonta yang tidak dapat penglukatan, sehingga bunga tersebut tidak boleh digunakan untuk sesajen.
Sumber Data dan Pendeskripsi Naskah : Dra. Ni Putu Seni ( Pustakawan Ahli Madya)