Dokumen Babad Arya Kuta Waringin

Babad Arya Kuta Waringin

DESKRIPSI NASKAH

  1. Tanggal deskripsi : Januari  2020
  2. Kode dan nomor naskah                 :  B/I/6/Disbud
  3. Judul Naskah :  Babad  Arya Kuta Waringin
  4. Pengarang/Penulis :  -
  5. Nama Pemilik/Lokasi :  Dinas Kebudayaan Provinsi Bali
  6. Tahun Penyalinan :  -
  7. Tempat penyalinan :  Karangasem, Bali
  8. Jenis alas naskah :  Daun Lontar
  9. Kondisi Fisik :  bagus
  10. Penjilidan/cakepan : utuh
  11. Bentuk :  prosa
  12. Sampul : Kayu
  13. Penomoran halaman : ada, pada lembar b
  14. Jumlah total halaman : 66 lembar
  15. Jumlah halaman kosong : 1 lembar
  16. Jumlah halaman isi : 65 lembar
  17. Jumlah baris dlm setiap halaman : 4 baris
  18. Ukuran naskah dalam Cm. (pxlxt) : 40x3,5

24, Ukuran teks dalam Cm. (pxl)          :  32x2,5

  1. Illuminasi/illustrasi : ada
  2. Aksara dan Bahasa : Aksara Bali,  Bahasa Jawa Kuna
  3. Warna tinta : Hitam
  4. Kolofon : ada
  5. Ringkasan Isi dalam tiap teks : Menceritakan silsilah raja Majapahit dari, dan raja-raja Singasari, dan penyerbuan Kem Arok ke Galuh. Menceritakan penyerangan Majapahit ke Bali yang dipimpin oleh Gajah Mada.Setelah Bali ditaklukkan diperintahkan para Arya ke Bali untuk menjaga kedamaian di Bali.Dan mengangkat Sri Ketut Kresna Kepakisan menjadi raja di Bali. Dan sebagai Patih Arya Kepakisan, Putra dari Arya Kuta Waringin,Arya Kanuruhan sebagai  Sekretaris, kemudian datanglah Arya Gajah para, Arya Getas yang berkedudukan di toya anyar. Arya Kuta Waringin berputraKyayi Klapaddhyaya, Kyayi Parombhu, Kyayi Gandi, I Gst Ayu Waringin yang mnjadi istri Dalem Ketut Kresna Kepakisan, dan berputra Dalem Samprangan dan Dalem Tarukan. Dan Dalem Ketut menjadi raja bergelar Sri Aji Smara Kepakisan berkedudukan di Gelgel.Suatu hari dating utusan dari Bambangan meminta bantuan, diperintahkan Kyayi Klapodhyana untuk melawan harimau yang mengacau di Blambangan, dan dapat dibunasakan.Karena jasanya Kyayi Klapodhyana mendapat anugrah dari Dalem.

Sri Dalem Waturenggong mengumpulka para mentri dan memberikan amanat dari ajaran Resi Dwijendra, yang berisi tentang up[acara pengabenan yang dilaksanakan olrh tri wangsa, juga berisi tentang salah pati. Setelah Dalem Waturenggong wafat digantikan oleh Ida Idewa Pamahyun, kemudian Kyayi Batanjruk membrontak dibantu oleh Idewa Anggungan, tetapi dapat digagalkan, dan Kyayi Batan Jeruk tewas di Jungutan, kemedian pemerintahan digantikan oleh Ida Idewa Anom Dimade. Pada tahun 1587 Dalem Sagening wafat digantikan oleh Dalem Anom Pamahyun, akhirnya DalemAnom Pamahyun menyerahkan tahtanya dan pjndah ke Purasi.Kriyan Maruti mebrontak dan istana dikuasai Dalem Agung Dimade pindah ke Guliang. Pada tahun 1608 saka Anom Pamahyun wafat, dan tahun 1616 saka Sri Anom Dimade wafat, dan tahun 1626 saka Gelgel diserbu, Kryan Maruti terdesak mengungsi ke Jimbaran, kemudian Sri Agung Gede Ngurah berkuasa di Gelgel.

                                                                   Sumber data dan Pendeskripsi Naskah : Dra. Ni Putu Seni ( Pustakan Ahli Madya)