Babad Arya Pinatih
DESKRIPSI NASKAH
- Tanggal deskripsi : Januari 2020
- Kode dan nomor naskah : B/I/8/Disbud
- Judul Naskah : Babad Arya Pinatih
- Pengarang/Penulis : I B Mika, Griya Muncan Karangasem
- Nama Pemilik/Lokasi : Dinas Kebudayaan Provinsi Bali
- Tahun Penyalinan : 1980
- Tempat penyalinan : Karangasem, Bali
- Jenis alas naskah : Daun Lontar
- Kondisi Fisik : bagus
- Penjilidan/cakepan : utuh
- Bentuk : prosa
- Sampul : Kayu
- Penomoran halaman : ada, pada lembar b
- Jumlah total halaman : 116 lembar
- Jumlah halaman isi : 116 lembar
- Jumlah baris dlm setiap halaman : 4 baris
- Ukuran naskah dalam Cm. (pxlxt) : 42x3,5
24, Ukuran teks dalam Cm. (pxl) : 36x2,5
- Illuminasi/illustrasi : ada
- Aksara dan Bahasa : Aksara Bali, Bahasa Jawa Kuna
- Warna tinta : Hitam
- Kolofon : ada
- Ringkasan Isi dalam tiap teks : Menceritakan riwayat gunung di Bali, keadaan bali masih goyang sehingga Hyang Pasupati puncak Gunung Semeru diletakkan ditengah diberi nama gunung Tolangkir.diceritan seorang raja bernama Mayadenawa sifat dan prilakunya sangat buruk, loba, angkuh, bengis, dan tidak percaya pada ajaran agama. Kemudian dibunuh oleh Dewa Indra, tetapi rohnya menjelma kembali pada permaisurinya yang melahirkan anak kembar, bernama Masula dan Masuli.Dan setelah dewasa Masula dan Masuli menikah dan mempunyai putra bernama Sri Tapa Ulutangis Gajah Wahana, yang kemudian menjadi raja menggantikan ayahnya. Yang dikenal dengan Sri Tapa Ulung alias Bhedamuka.Sang Hyang Pasupati memerintahkan kelima cucunya Sang Brahma Pandhita (Mpu Ghnijaya), Mpu Mahameru, Mpu Gana, Mpu Kuturan, dan Mpu Bharadah supaya ke Bali. Perjalanan lewat Daha, di Daha Raja Airlanggya moho agar panca resi tinggal disana. Setelah dirundingkan, maka Mpu Ghnijaya dan Mpu Bharadah tinggal disana, dan Mpu Mahameru tiba di bali pada hari jumat kliwon wuku pujut, hari kelima belas paruh bulan gelap, sekitar bulan Nopember tahun 990, berstana di Besakih. Mpu Ghana tiba di Bali, pada hari senin kliwon wuku Kuningan hari ketujuh bulan terang sekitan bulan April 997, berstana di Pura Dasar Gelgel.Mpu Kuturan sampai di Bali pada hari rabo kliwon wuku Pahang hari keenam paruh bulan terang sekitar bulan September 100, berstana di Silayukti.Mpu Bharadah mendapingi Mpu Gnijaya berkahyangan di Pajarakan.Mpu Bharadhah berputra Mpu Bhahula. Mpu Ghnijaya berputra tujuh orang yaitu Mpu Ktek, Mpu Kanandha, Mpu Wiranjaya, Mpu Withadharmma, Mpu Ragarunting, Mpu Prateka, Mpu Dangka. Setelah Mpu Ghnijaya memberikan ilmu pengetahuan kepada putra-putranya belaiu pergi ke Bali dan tiba di Silayukti pada hari kamis paing wuku medhangsya hari pertama paruh terang sekitar bulan Juli tahun 1058. Setelah sang panca pandita pulang ke alam nirwana, maka sang sapta resi mengadakan perundingan upacara di pura Besakih.Setelah Kalhnya Raja Bhedamuka, Bali dibawah kekuasaan Majapahit, maka keturunan Mpu Sanak Pitu supaya dating ke Bali. Diceritakan seorang pendeta sakti bernama Sanghyang Kepakisan menjadi penasehat Patih Gajah mada. Mempunyai putra Wangbang Kapakisan, kemudian putra beliau Sri Juru diangkat menjadi raja Blambangan, Maharaja Bhima menjadi raj adi Pasuruhan dan Sri Kresna Kepakisan menjadi raja di Bali, beristana di Samprangan. Sri Kresna Kepakisan berputra Dalem Samprangan, Dalem Tarukan, Dalem Ketu Smara Kepakisan.Dalem Ketut memindahkan pemerintahan ke Gelgel. Selanjutnya Bali diperintah oleh raja keturunan Kresna Kepakisan, yang didampingi oleh keturunan Arya di Bali.
Sumber Data dan Pendeskripsi Naskah: Dra. Ni Putu Seni ( Pustakawan Ahli Madya)