Dokumen Babad Arya Sidemen

Babad Arya Sidemen

DESKRIPSI NASKAH

  1. Tanggal deskripsi : Pebruari  2020
  2. Kode dan nomor naskah                 :  B/XV/2/Disbud
  3. Judul Naskah :  Babad  Arya Sidemen
  4. Pengarang/Penulis :  I Ketut Sengod, Pidpid, Karangasem
  5. Nama Pemilik/Lokasi :  Dinas Kebudayaan Provinsi Bali
  6. Tahun Penyalinan :  23 Maret 2001
  7. Tempat penyalinan :  Karangasem, Bali
  8. Jenis alas naskah :  Daun Lontar
  9. Kondisi Fisik :  bagus
  10. Penjilidan/cakepan : utuh
  11. Bentuk :  prosa
  12. Sampul : Bambu
  13. Penomoran halaman : ada, pada lembar b
  14. Jumlah total halaman : 29 lembar
  15. Jumlah halaman kosong : 1 lembar
  16. Jumlah halaman isi : 28 lembar
  17. Jumlah baris dlm setiap halaman : 4 baris
  18. Ukuran naskah dalam Cm. (pxlxt) : 40x3,5

24, Ukuran teks dalam Cm. (pxl)          :  32x2,5

  1. Illuminasi/illustrasi : -
  2. Aksara dan Bahasa : Aksara Bali,  Bahasa Jawa Kuna
  3. Warna tinta : Hitam
  4. Kolofon : ada   
  5. Ringkasan Isi dalam tiap teks : Menceritakan seorang pendeta bernama Mpu Pradah bertempat di Pejarakan, mempunyai empat orang saudara yaitu Mpu Ghnijaya, Mpu Mahameru, Mpu Gana, dan Mpu Kuturan. Mpu Bharadah berputra dua orang, Mpu Siwagandhu, dan Mpu Bahula, Mpu Bahula berputra Mpu Pajarakan menikah dengan Putra Mpu Siwagandi bernama Dewi Asowini, dan melahirkan dua orang putra bernama Mpu Wira Ghnijaya dan Mpu Jaya Samadhi. Mpu Wira Ghnijaya berputra Mpu Smara Wijaya.Mpu Smara Wijaya berputra Mpu Kapakisan.Mpu Jaya Semadi berputra Mpu Smaranatha. Mpu Kepakisan mengangkat anak bernama Mpu Smara Kajantaka dan berputra Mpu Pandhawasika, Mpu Panataran, Mpu Angsoka, Mpu Panataran Manik mempunyai putra Manik Angkeran. Suatu hari Mpu Penataran manik pergi ke Basujih menghadap naga Basukih, dihadiahi kembang, kemudian sampai dirumah kembang itu berubah menjadi emas permata. Melihat hal tersebut Manik Angkeran pergi menghadap Naga Basukih memohon emas permata, dan ddi anugrahi oleh NagaBasukih, tetapi setelah melihat ekor Naga Basukih berupa berlian kemuadian dia memotong ekornya, Naga Basuki marah dan menyerangnya dengan bisanya akhirnya Manik Angkeran hangus jadi abu. Mpu Smara Kajantakan mengetahui anak telah tewas oleh Naga Basuki, beliau memohon ampun dengan mengucapkan mantra, beliau mau mengampuni asalkan ekornya Naga Basuki tersambung kembali, akhirnya Manik Angkeran kembali dan ekor Naga Basuki kembali, karena kemahirannya bias mengembalikan ekornya Naga Basuki memberikan nama dengan Mpu Siddhimantra.Diceritakan seorang dukuh bernama Dukuh Blatung sangat sakti, Manik Angkeran berkunjung ke tempat Ki Dukuh, Ki Dukuh hendak mengwluarkan kesaktiannya tetapi tidak berhasi, akhirnya bertanya asal usul Manik Angkeran. Manik Angkeran bertanya cara membakar pohon, Ki Dukuh mengatakan dengan menggosokkan kayu, tetapi Manik Angkeran bilang membakar pohon dengan mengencinginya, Ki Dukuh ingin bukti, akhirnya Manik Angkeran mengencingi pohon dan terbakar hangus menjadi abu. Sebagai penghormatan kepada Manik Angkeran, Dukuh Belatung mempersembahkan putrinya bernama Ni Luh Tohjiwa dan dikawinkan kepada putranya bernama Ida Tu;lus Dewa. Dan melahirkan tiga putra yaitu Ida Banyakwide, Ida Panataran dan IdaTohjiwa.Ida Banyakwide bergelar I Gusti Ngurah Pinatih Banyakwide, Ida Penataran akhirnya bernama I Gusti Made Kacang beristana di Kacangdawa, Ida Tohjiwa beristana di Selat. IGusti Ngurah Kacang Pawos pindah ke Sidemen bergelar I Gusti Ngurah Sidemen yang akan menurunkan keluarga I Gusti Ngurah Sidemen

                                                                                   

 Sumber Data dan Pendeskripsi Naskah: Dra. Ni Putu Seni ( Pustakawan Ahli Madya)