Baris Kekupu Banjar Lebah
1. Sejarah Baris Kekupu di Banjar Lebah Sumerta
Baris Kekupu merupakan seni pertunjukan tari di Banjar Lebah, Desa Adat Sumerta, Desa Sumerta Kaja, Kecamatan Denpasar Timur. Keberadaan seni tari ini tahun kemunculannya secara pasti belum dapat diketahui, tetapi diperkirakan seni tari yang bernama Baris Kekupu ini diperkirakan sudah ada sekitar tahun 1930an. Hal ini dibuktikan dengan dokumentasi catatan yang dilakukan oleh Beryl de Zoete dan Walter Spies dalam bukunya yang berjudul Dance and Drama in Bali pada cetakan petama tahun 1938 (Zoete dan Spies, 2002: 62-63). Kutipan tulisan yang termuat dalam buku tersebut adalah sebagai berikut:
“ Baris Kekoepoe (Plate 20) Baris Kekoepoe or ‘butterfly’ Baris, which has recently been revived by a teacher of the same region, is a purely decorative dance for four children, and used to be danced with fans (as it still is at Tenganan), but is danced at Lebah with butterfly-wings instead. The dancers are dressed in Legong costume instead of the peculiar head-dress and many-coloured stoles of the Baris dancer”.
(Baris Kekoepoe (gambar 20) Baris Kekoepoe atau kupu-kupu baris, yang baru-baru ini dihidupkan kembali oleh seorang guru di daerah yang sama, adalah tarian dekoratif murni untuk empat anak, dan dulunya menari dengan kipas (seperti yang masih ada di tenganan), tetapi ditarikan dengan lebah dengan sayap kupu-kupu sebagai gantinya. Penarinya mengenakan kostum legong sebagai ganti dari hiasan kepala yang khas dan hiasan leher warna warni dari penari Baris).
Menurut informasi yang diperoleh dari Ni Ketut Alit Arini di Banjar Lebah, Baris Kekupu di Banjar Lebah Sumerta diciptakan oleh seniman kakebyaran asal Banjar Lebah bernama I Nyoman Kaler (alm) dibantu oleh I Wayan Rindi (alm) pada tahun 1930an yang diiringi dengan gamelan Gong Kebyar. Pada awalnya Baris Kekupu pertama kali ditarikan oleh empat orang penari, seperti Ni Luh Cawan (alm), Sadri (alm), I Wayan Rindi (alm), Ida Bagus Pidada (alm). Baris Kekupu awalnya ditarikan bukan sebagai kesenian sakral, hal ini sesuai dengan catatan Beryl de Zoete dan Walter Spies menyebutkan sebagai tari dekoratif, yaitu sebagai berikit “Baris Kekoepoe or ‘butterfly’ Baris, which has recently been revived by a teacher of the same region, is a purely decorative dance for four children, artinya: Baris Kekoepoe atau Baris Kupu-kupu yang baru-baru ini dihidupkan kembali oleh seorang guru dari daerah yang sama, adalah murni tarian dekoratif yang ditarikan oleh empat orang anak. Catatan ini juga sama seperti yang disampaikan oleh Ni Ketut Alit Arini (80 Th), dulu sekitar tahun 1953 Baris Kekupu sering ditarikan di Bali Hotel (sekarang Hotel Inna Bali Heritage) sebagai tari hiburan ditonton oleh para tamu yang menginap di Bali Hotel.
Kemudian pada tahun 1961 Baris Kekupu ditarikan oleh generasi kedua, yaitu Ni Ketut Alit Arini, Nyenyep, Merti, dan Roni atas permintaan dari keluarga Griya Gede Lebah (sekarang dikenal dengan Griya Gede Tegal Jinga), ketika akan melaksanakan Upacara Mamukur yang idenya terinspirasi dari hiasan kupu-kupu pada damar kurung. Damar Kurung merupakan simbol untuk mengingatkan atau menyadarkan roh atau jiwa seseorang yang sedang diupacarai agar dapat melepaskan ikatan-ikatan keduniawian sehingga dapat menyatu kembali dengan sang pencipta Tuhan Yang Maha Kuasa. Maka dengan itu Baris Kekupu dipercaya sebagai perlambang bhatara yang menyinari perjalanan atma yang telah lepas dari unsur panca maha butha menuju asalnya. Akhirnya Baris Kekupu hanya ditarikan pada saat berlangsungnya Upacara Mamukur serangkaian rentetan dari Upacara Palebon di Griya Gede Tegal Jinga, maka secara eksistensi pertunjukkan Baris Kekupu tidak dapat dipertunjukkan secara berkesinambungan dan membuat terputusnya pelaku sebagai regenerasi terhadap tarian ini.
Pada tahun 2010 bertepatan dengan dilaksanakannya lagi Upacara Mamukur di Griya Gede Tegal Jinga, oleh Ni Ketut Alit Arini melakukan rekontruksi Baris Kekupu dengan mengingat kembali nada gamelan sebagai pengiring dan sekaligus gerakan yang pernah ditarikannya dulu. Akhirnya Baris Kekupu tidak hanya sebagai tarian dekoratif saja, saat ini juga sebagai tarian sakral, hal ini dapat dilihat setiap enam bulan sekali dipentaskan ketika upacara piodalan berlangsung di Pura Banjar Lebah, selain itu juga selalu dipentaskan ketika ada upacara Mamukur sebagai rangkaian upacara Pitra Yadnya. Sebagai tarian dekoratif (profan), Baris Kekupu juga pernah ditarikan secara masal pada acara Denpasar Festival tahun 2009, Pentas Budaya Sanggar Kota Denpasar tahun 2017 di lapangan Puputan I Gusti Ngurah Made Agung, kemudian pernah ditarikan oleh Sekaa Gong Kebyar Wanita Banjar Lebah pada Pesta Kesenian Bali (PKB) tahun 2019, dan pada tahun 2020 dalam acara Ruang Pusaka Denpasar Festival 2020 ditarikan Baris Kekupu sebagai bentuk upaya pengembangan dan pelestariannya agar tetap terjaga dengan baik.
- Struktur dan Ragam Gerak Tari Baris Kekupu
Adapun struktur tari Baris Kekupu yaitu terdiri dari Papeson, Pengawak, Pengecet dan Pekaad yang dijelaskan sebagai berikut:
Agem, merupakan sikap atau cara pokok berdiri dalam menari Bali. Ada berjenis-jenis agem dalam Tari Bali sesuai dengan watak dari masing-masing tokoh yaitu keras atau manis. Menurut bentuknya dalam Tari Bali dapat dibagi menjadi dua yaitu: agem kanan dan agem kiri. Agem dilakukan dengan tingkatan rendah, menengah, dan tinggi. Pada agem kanan berat badan akan bertumpu pada kaki kanan, sedangkan agem kiri berat badan bertumpu pada kaki kiri. Pada sikap agem ini kedua siku diletakkan sejajar dengan bahu dan tangan ditekuk ke depan dengan jari-jari tangan menghadap keatas. Dalam tari Baris Kekupu menggunakan agem yang sama seperti agem pada umumnya namun jari-jari tangan sejajar lurus kedepan karena menggunakan properti sayap kupu-kupu pada kedua tangan penari.
Ngumbang, merupakan gerakan berjalan yang dilakukan dengan badan sedikit merendah (ngeed), levelnya tidak berubah dan disertai dengan gerakan kepala kekiri dan kekanan sesuai dengan hentakan kaki. Ngumbang akan membentuk lintasan-lintasan pada lantai seperti ngumbang melingkar yaitu ngumbang dengan membentuk garis melingkar, ngumbang eluk penyalin yaitu ngumbang dengan membentuk garis angka delapan pada lantai. Dalam tari Baris Kekupu gerakan ngumbang dilakukan sambil menggetarkan properti sayap kupu-kupu.
Ngegol, merupakan gerakan pinggul yang digoyangkan kekiri dan kekanan dalam tari Bali. Ngegol dapat dilakukan sesuai dengan cepat lambatnya tempo gambelan.
Angsel, merupakan/berarti tertunda (berhenti sebentar), suatu istilah yang digunakan untuk menyebutkan perubahan dinamika pada tari. Angsel dimulai dengan gerak keras mendadak, temponya cepat, sekaligus memberikan tanda perubahan dinamika dari musik iringannya. Angsel berfungsi untuk merubah posisi dari kiri kekanan atau sebaliknya, dan juga berfungsi untuk mengajukan berakhirnya suatu tarian. Tari-tarian keras seperti Baris dan Topeng mempunyai dua jenis angsel yaitu angsel lantang dan angsel bawak. Kedua angsel ini dapat dibedakan dari penggunaan pharase musik atau gamelan yang mengiringinya. Angsel pendek biasanya hanya mengambil satu gong, sedangkan angsel panjang bisa terdiri dari empat sampai enam kali gong. Dibeberapa daerah angsel ini juga disebut ngupak. Istilah angsel berlaku juga menyebutkan perubahan dinamika dalam gamelan.
Ngenjet, merupakan gerakan badan naik turun yang sangat cepat, dalam Tari Baris Kekupu ngenjet biasanya dilakukan sambil merubah agem yang dilanjutkan dengan nyledet.
Sledet, merupakan mata yang mana gerak-gerak ini dapat dilakukan kesamping kanan atau kiri dan merupakan ekspresi pokok dalam Tari Bali. Tanpa sledet Tari Bali tidak ekspresif sama sekali.
Makecos, merupakan gerakan melompat kekanan atau kekiri dengan posisi tangan ngagem.
Angkeb-angkeb, merupakan gerakan mengepakkan sayap dalam Tari Bali. Gerakan ini digunakan pada Tari Baris Kekupu yang menggambarkan kupu-kupu yang sedang hinggap disuatu tanaman dan dihempas oleh angin.
Nyregseg, merupakan gerakan kaki yang dilakukan dengan cepat yang mana berat badan akan tertumpu pada kaki kanan dan kiri silih berganti.
Miles, merupakan gerakan Tari Bali untuk merubah sikap, seperti misalnya dilakukan dari sikap tanjek kemudian dilanjutkan dengan memutar tumit kaki yang menanjak kearah dalam dan dilanjutkan dengan gerakan badan merendah sehingga lutut terbuka ke samping, kaki yang tumitnya diputar tadi diangkat kebelakang dan akhirnya kembali pada sikap tanjek.
Maserod, merupakan gerakan yg diawali dengan gerakan dorong kekanan atau kekiri dan lilanjutkan dengan gerakan kaki satu persatu maju posisi kaki tetap menyentuh lantai.
Nimpah, merupakan posisi berlutut dengan kaki menyilang dan salah satu kaki menyentuh lantai posisi badan agak rebah kekanan ataupun kekiri. Gerakan nimpah ini merupakan salah satu gerakan khas dalam Tari Baris Kekupu yang terdapat pada bagian pengawaknya.
Ngubit dan nglukun, merupakan suatu rangkaian gerakan tangan dibawah dada dengan badan mendorong kekanan ataupun kiri lalu memutar tangan dan berakhir dengan posisi rendah dengan tangan di samping dada. Gerakan ini biasa digunakan dalam Tari Legong, gerakan ini, gerakan ini digunakan dalam Baris Kekupu karena mengandung unsur Tari Legong.
Malpal, merupakan sebuah motif berjalan dalam Tari Bali yang langkahnya jatuh pada setiap hitungan atau ketukan. Gerakan kaki ini merupakan unsur pokok dalam Tari Baris pada umumnya.
Mentang laras, merupakan gerakan kedua tangan seperti merentangkan busur. Tangan kiri direntangkan kedepan, tangan kanan ditarik kebelakang dan badan merendah. Gerakan ini pula merupakan unsur gerak Tari Legong yang terdapat pada Tari Baris Kekupu.
Ngelawang, merupakan gerakan berjalan sambil ngegol dan merebahkan badan kekanan dan kekiri.
Matimpuh, merupakan posisi duduk dengan kedua tumit kaki diduduki.
Nengok, merupakan gerakan kepala menengok sesuatu.
Nolih kampid, merupakan gerakan melihat sayap yang dilakukan setelah gerakan nengok.
Makipekan, merupakan gerakan memalingkan muka atau menoleh untuk mempertegas arah pandangan.
Ngotag, merupakan gerakan kepala kekiri dan kekanan secara cepat, pusat gerakan ada pada pangkal leher.
Ngeseh, merupakan gerakan bahu bergetar secara halus maupun keras.
Mekeber, merupakan gerakan terbang dalam Tari Baris Kekupu yang menirukan gerakan serangga kupukupu.
Ngalih amah, merupakan gerakan yang menggambarkan serangga yang mencari sari-sari makanan.
- Kostum Tari Baris Kekupu
Bentuk kostum Tari Baris Kekupu memiliki sebagian kesamaan dengan kostum Tari Baris pada umumnya, tetapi memiliki beberapa perbedaan. Adapun kostum Tari Baris Kekupu terdiri dari :
- Badong Lancip kulit, merupakan hiasan leher yang dipergunakan bersamaan dengan penggunaan simping atau pun dapat dipergunakan secara terpisah, berbahan kulit sapi yang ditatah dan dilapisi dengan prada.
- Subeng, merupakan hiasan telinga berbentuk segitiga bundar berbahan perak, alpaka atau bahan sejenisnya dilapisi emas dihiasi permata.
- Gelungan Legong, merupakan hiasan kepala terbuat dari kulit sapi ditatah dan dicat dengan prada dihiasi bunga berwarna putih disertai 2(dua bancangan berbentuk kerucut yang juga dihiasi bunga berwarna putih dan bunga berwarna merah pada ujungnya).
- Keris, merupakan salah satu aksesori pada kostum penari baris kekupu yang dipasang dibagian punggung penari.
- Sayap kupu-kupu, merupakan property berbentuk sayap kupu-kupu sebagai salah satu ciri khas Tari Baris Kekupu.
- Celana panjang berwarna putih berbahan kain kantun berwarna putih atau sejenisnya dengan bentuk polos.
- Baju lengan panjang berwarna putih tanpa kerah dengan bentuk polos.
- Stewe, merupakan hiasan pada kaki berbahan kain berwarna berbentuk segi empat tidak beraturan dengan hiasan patra dari dicat berwarna gold atau bisa juga berhiaskan mote.
- Awiran, merupakan hiasan badan berbentuk segi empat panjang berbahan kain berwarna warni dipasang bersusun kesamping dengan ujung menjuntai.
- Tutup dada berupa kain panjang ± 1 meter dengan lebar kurang lebih 5 cm berbahan kain polos dihiasi mote atau prada dipergunakan untuk menutupi dada bagian atas awiran.
- Simping kulit, merupakan hiasan yang dipasang di bahu berbahan kulit yang ditatah sedemikian rupa dan dilapisi prada. Simping merupakan salah satu bagian kostum ciri khas dari tari legong.
- Fungsi Baris Kekupu
- Fungsi Religius
Baris Kekupu merupakan tari yang dipentaskan dalam pelaksanaan Upacara Mamukur tepatnya pada prosesi mepurwa daksina. Makna dari mepurwa daksina adalah sebagai simbol meningkatkan status atma (roh) dari orang yang meninggal, dari status preteka manjadi Dewa Hyang atau Pitara, dan merupakan suatu proses penyucian dari atma akan menuju sumbernya yaitu Sang Hyang Paramaatma. Berputar sebanyak tiga kali kea rah kanan memiliki makna peningkatan atau penyucian status atma kearah atas agar bisa menyatu dengan Tuhan, dengan memulai prosesnya dengan berputar ke kanan sebagai simbol naik, karena Ida Sang Hyang Widhi berstana di atas.
Pementasan Tari Baris Kekupu juga bertujuan untuk memotivasi dan menuntun warga Banjar Lebah untuk meningkatkan kepercayaan terhadap Tuhan beserta manifestasinya. Berdasarkan kepercayaan warga Banjar Lebah, Baris Kekupu selain berfungsi sebagai seni pertunjukkan wajib dalam Upacara Mamukur di Banjar Lebah, juga setiap enam bulan sekali dipertunjukan pada saat upacara piodalan di Pura Banjar Lebah.
Fungsi Pelestarian Budaya
Baris Kekupu memiliki fungsi sebagai pelestarian unsur budaya. Hal ini dikarenakan Baris Kekupu merupakan produk budaya dari masyarakat Bali, khususnya masyarakat Banjar Lebah Sumerta. Kesenian ini juga merupakan warisan dari leluhur yang memiliki unsur religi dalam pelaksanaan Upacara Mamukur. Maka dapat dicermati bahwa pementasan Tari Baris Kekupu merupakan suatu wahana dalam pelestarian nilai seni dan budaya yang ada di Bali dan di Banjar Lebah Sumerta khususnya. Sehingga warisan leluhur yang bernilai tinggi tersebut tidak punah kembali akibat perkembangan zaman dan terkikisnya unsur pendukung tarian tersebut. Dengan tetap dipentaskannya Baris Kekupu dalam Upacara Mamukur di Banjar Lebah Sumerta, kedepannya mampu merangsang dan membangkitkan jiwa kebersamaan pada masyarakat khususnya generasi muda untuk tetap berlatih serta melestarikan kesenian sakral ini sehingga tetap ajeg dan lestari.