Bumbung Kepyak
Bumbung Kepyak merupakan kesenian unik yang eksistensinya hanya berada di Kabupaten Jembrana Provinsi Bali. Tepatnya di Lingkungan Dewasana, Kelurahan Pendem Kabupaten Jembrana di Provinsi Bali ini. Kelurahan Pendem merupakan daerah dataran tinggi dengan kondisi alam yang berbukit-bukit yang cukup subur dan pada dataran rendahnya banyak tumbuh tanaman bambu. Banyaknya tanaman bambu menjadikan salah satu inspirasi bagi tokoh masyarakat yang ada di Lingkungan Dewasana untuk memanfaatkan tanaman ini sebagai salah satu alat untuk berkreativitas. Mereka kemudian membuat seperangkat alat musik seperti yang ada saat ini yang dikenal dengan nama Bumbung Kepyak. Hampir semua bahan baku yang mereka pergunakan untuk membuat alat musik ini sepenuhnya mereka dapatkan di daerahnya sendiri. Terciptanya alat musik Bumbung Kepyak ini didasari oleh langkanya jenis hiburan pada waktu itu.
Menurut penuturan Ketua Seka Bumbung Kepyak Bapak Midarsana, kesenian Bumbung Kepyak yang dikenal hingga saat ini diperkenalkan oleh seorang seniman yang bernama I Ketut Gedar yang senang merantau ke berbagai desa di daerah Kabupaten Buleleng. Pada tahun 1942 dalam perjalanan di daerah Kabupaten Buleleng dia mengenal tokoh kesenian seperti I Nyoman Nesa, I Made Perto dan I Wayan Sukadana. Ketiga tokoh seni ini menyenangi gambelan yang terbuat dari bambu yang disebut gerantang yang lebih dikenal dengan nama gerantang pelog. Gambelan gerantang pelog ini dilengkapi dengan Bumbung agar suara menjadi ramai dan dipakai untuk mekepyakan. Merasakan bahwa masyarakat Jembrana masih kekurangan hiburan, akhirnya I Ketut Geder dan ketiga orang temannya mengembangkan kesenian Bumbung Kepyak. Lambat laun karena tabuh Bumbung Kepyak cocok diisi tarian, maka dilengkapilah tabuh ini dengan tari joged. Dari sinilah awal mula dikenalnya Bumbung Kepyak hingga saat ini.
Kesenian Bumbung Kepyak yang awalnya ada di Banjar Satria ini mengalami pasang surut seiring dengan perjalanan waktu. Keadaan ini disebabkan karena susahnya mengumpulkan anggota terutama sebagai penabuh. Kesenian Bumbung Kepyak ini memerlukan anggota untuk pementasannya tidak kurang dari 25 orang. Dalam pementasannya hampir semua instrumen yang dipergunakan mempergunakan bahan baku dari bambu. Dipilihnya bambu karena bahan baku ini sangat melimpah hampir di semua desa yang ada di Kabupaten Jembrana pada waktu itu sehingga sangat mudah untuk mendapatkannya.
Memasuki era 1980-an kesenian Bumbung Kepyak yang ada di Banjar Satria boleh dikatakan sudah tidak aktif lagi akibat dari susahnya mengumpulkan penabuh maupun mencari penari guna mendukung keberadaan kesenian Bumbung Kepyak ini. Atas prakarsa beberapa tokoh masyarakat yang ada di dusun Dewasana membujuk dan mengajak pakar kesenian Bumbung Kepyak yang ada di Banjar Satria untuk mau menularkan kemahirannya kepada para generasi muda yang ada di Banjar Dewasana, Desa Pendem. Bak gayung bersambut, tokoh seni dari Banjar Satria memenuhi ajakan dari penggemar seni dari Banjar Dewasana. Ketiga tokoh inilah yang pada mulanya sebagai motor penggerak untuk mengaktifkan kembali kesenian Bumbung Kepyak yang sudah mulai ditinggalkan di Banjar Satria itu. Keberhasilan dari tokoh ini mengembangkan kesenian Bumbung Kepyak di Dusun Dewasana karena perhatian dan kecintaannya akan kesenian ini agar tidak punah digerus oleh kemajuan jaman.
Terdapat 5 fungsi dari Bumbung Kepyak dalam masyarakat yang melakukannya yaitu : fungsi sosial, fungsi ekonomi, fungsi pelestarian seni budaya, fungsi pariwisata dan fungsi hiburan. Nilai budaya yang terkandung dalam Bumbung Kepyak adalah nilai kesenian masyarakat, nilai hiburan, nilai kesederhanaan, nilei kreativitas, nilai estetika, nilai kerjasama, nilai kearifan lokal, nilai kerja keras, nilai religius dan nilai identitas budaya.