Dokumen Kendang Mebarung

Kendang Mebarung

Kendang Mebarung merupakan salah satu jenis gamelan Bali yang termasuk barungan langka di daerah Jembrana, daerah asal gamelan Jegog dan
Bumbung Gebyog. Kendang merupakan alat music tradisional tradisional yang berukuran
sangat besar, yang memiliki panjang kurang lebih 185-200 cm dengan diameter 74-80cm. Menurut I Gusti Agung Kade Widiasa dan I Wayan Gama Astawa selaku seniman dan pelaku kesenian Kendang Mebarung terciptanya kesenian Kendang Mebarung itu berawal dari para petani yang sedang melakukan panen padi.  Mulai memukul bambu menggunakan tangannya para petani memiliki ide untuk membuat sebuah Kendang yang berukuran kecil, terbuat dari batok kelapa yang ditutup dengan kulit sapi yang dinamakan dengan Kendang Kau. Kendang Kau itu memiliki bentuk lebih kecil dan lebih mudah dibuat ataupun dibawa kemana saja, baik untuk pertunjukan maupun sekedar mebarung kendang bersama seniman – seniman mebarung kendang lainnya. Jaman dahulu Kendang Mebarung dibuat memang benar-benar dengan kayu yang sesuai dengan ukuran kendangnya, seiring berkembangnya jaman dan kayu besar dan panjang susah didapatkan maka Kendang Mebarung biasanya
dibuat dengan kayu yang berukuran besar tetapi tidak memiliki panjang yang sesuai dengan ukuran kendang tersebut, lalu kayu yang besar itu disambung sampai dengan ukuran panjang yang diinginkan. 

Kendang Mebarung adalah sebuah kesenian warisan leluhur yang kerap kali
dimainkan oleh masyarakat penglingsir atau yang tergolong tua. Pada awalnya kesenian Kendang Mebarung digunakan sebagai ajang
untuk menghilangkan rasa penat bagi para petani setelah melakukan panen padi, namun kemudian menjadi sebuah kesenian untuk adu kualitas suara atau "meluung-luungan munyi". Biasanya akan disuarakan saat ada upacara di pura, saat layon berangkat ke setra, mengiringi kegiatan mecaru, dan sebagai hiburan pada saat upacara pawiwahan dan bahkan nyambutin.

Kendang yang digunakan adalah kendang ukuran besar digunakan untuk keperluan, panjangnya sekitar 185 cm. Kesenian Kendang Mebarung juga memiliki karakteristik yang mungkin berbeda dengan kendang-kendang lainnya yang ada di Bali. 

Kendang Mebarung termasuk barungan alit atau jenis gamelan bali yang terdiri dari satu instrumen gamelan. Instrumen pokok dalam barungan ini adalah dua kendang besar yang panjangnya sekitar 3 (tiga) meter dengan garis tengah sekitar 1 (satu) meter. Musik yang ditimbulkan cenderung terkesan ritmis, karena pukulan kendang itu sendiri mempunyai pola ritme yang bermacam- macam. Pembawa melodi dalam barungan ini adalah instrumen-instrumen angklung yang berlaras pelog empat nada sama seperti laras Jegog. Dalam pertunjukannya, pemain kendang hanya memukul satu sisi kendang dengan alat pemukul. Teknik pukulannya adalah kotekan yang dilakukan secara imbal. Kendang
Mabarung sering ditampilkan untuk mengiringi balapan kerbau (makepung),
dan kadang kala untuk mengiringi upacara manusa dan dewa yadnya.  

Tidak hanya unik dari segi bentuknya, kendang itu sendiri memiliki
keunikan lainnya. Kendang Mebarung tersebut akan menghasilkan 4 jenis
suara yang berbeda, diantaranya yaitu disebut dengan suara Reng,
Grantangan, Glendengan, dan Centongan. Dari ke
empat suara yang dihasilkan, dalam memukul kendang para pemain kendang menggunakan teknik pukulan candetan atau dalam bahasa umumnya yaitu polos sangsih. Umumnya ada beberapa jenis ketukan untuk memainkan Kendang Mebarung, yakni gedig lima (lima kali ketukan), gedig pat (empat ketukan) dan gedig telu (tiga ketukan). Tapi sekarang yang digunakan hanya gedig pat (empat ketukan), bahkan dengan gedig telu (tiga ketukan) agar biar lebih mudah. 

Kendang Mebarung dipukul oleh satu orang pemain kendang dengan menggunakan satu panggul. Panggul kendang mebarung menurut bapak Ketut Suantra memiliki panjang sekitar 30 sampai 35cm yang ujungnya terbuat dari tanduk sapi atau tanduk kerbau. Sedangkan gagang panggul dari penyalin, agar lebih lentur.