Dokumen Male

Male

Tradisi Bunga Telur (Male) yang dibawa oleh etnis Bugis yang membumi di Loloan Timur. Dalam upacara besar ini yang dilakukan secara massal, terlihat pula ada sesaji dan kelengkapannya. Sesaji ini bernama “Malai” atau masyarakat Loloan menyebutnya dengan kata “Male” sejenis pajegan yang terbuat dari untaian telur yang di susun menjulang, dengan tatanan telur, telur ini sendiri dihiasi dengan rumbai-rumbai kertas warna-warni dan disajikan juga sesaji yang dilengkapi dengan setumpuk barang diatas talam, yang berupa kain yang belum pernah dipakai (sukla), beras kuning, uang (kepeng), kelapa gading, keris (pusaka) dan barang-barang untuk merias diri. 

Malai atau Male diambil dalam Bahasa Arab yaitu “Maal” yang artinya Harta, secara simbolis Tradisi Bunga Telur (Male) merupakan Tradisi untuk berbagi sebagian harta kesesama umat beragama dan bentuk syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas rizki yang ia peroleh terutama atas kelahiran putra putrinya. Tradisi khas Loloan Timur ini memiliki makna sangat dalam yang memperlihatkan relasi manusia dengan Tuhan, sesama manusia dan lingkungan. singkat cerita keajaiban yang terjadi saat kelahiran Nabi Rasullah Sayyidina Muhammad dunia merasakan keajaiban yang sungguh luar biasa tanah yang kering menjadi sangat subur, pepohonan yang rimbun dan berbuah amat lebat, dan hewan-hewan yang hidup di darat di laut serta burung-burung tetkala sibuk membicarakannya. Kejadian ini menjadi cikal bakal tradisi Bunga Telur (Male) di Loloan Timur yang dilakukan pada bulan kelahiran Nabi Muhammad. 

Hakikatnya budaya tradisi di Bali dilandasi oleh nilai-nilai yang bersumber pada ajaran agama yang di anut oleh umat 20 beragama masing-masing. Salah satunya yaitu adanya Tradisi Bunga Telur (Male) ini merupakan sistem nilai, dan sebagai sistem makna sehingga memungkinakan adanya sebuah interpretasi bagi masyaakat Loloan Timur yang menjalankannya. Berdasarkan latar belakang pemahaman penulis diatas tentang Tradisi Bunga Telur (Male) merupakan sebuah produk budaya yang unik pada suatu masyarakat dalam perayaan Maulid Nabi Muhammad yang tentunya masing-masing daerah memiliki cara pelaksanaan yang berbeda, sementara tradisinya yang jarang ditemui oleh masyarakat daerah lain. Bunga telur (Male) adalah suatu rangkaian kegiatan tradisi yang dilaksanakan turun temurun dalam ucapara menyambut hari lahir Nabi Muhammad SAW yang dilaksanakan oleh masyarakat muslim Loloan Jembrana Bali, pelaksanannya dilaksanakan baik di Masjid/Langgar pada bulan Maulud, yang memiliki simbol bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kelahiran anak dengan memotong rambut bayi yang dibawa sejak lahir serta kelengkapan sesaji yang masyarakat Loloan menyebutnya dengan kata”Male”.

Tradisi Bunga Telur (male) bermula pada saat masuknya Islam ke Loloan pada periode ke II di tahun 1669 datanglah Ulama’ untuk menyampaikan ajaran atau dakwah Islamiyah yang diterima dengan senang hati oleh penguasa Jembrana I Gusti Arya, dimana Ulama’ tersebut datang dari Melayu Malaysia, Bugis Makasar dan Arab yang pada saat itu bermukim tetap di Loloan. Dari situlah akulturasi budaya masuk ke Loloan yang masih di jaga dan dilestarikan masyarakat Loloan Timur termasuk tradisi Bunga Telur (Male). Tradisi Bunga Telur (Male) merupakan suatu adat kebiasaan yang dijalankan oleh masyarakat Loloan Timur ketika memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW yang di asimilasikan dengan ritual adat atau agama. Tradisi ini berlaku secara turun-temurun baik diterima melalui infomasi lisan masyarakat Loloan yang ikut mewarnai perjalanan panjang sejarah. Masyarakat memaknai tradisi Bunga Telur (Male) ini sebagai pengetahuan, kebiasaan yang telah di wariskan secara turun temurun termasuk cara masyarakat memaknai hal tersebut. 

Male merupakan nama bagi telur hias yang dibuat untuk menyemarakan peringatan Maulid Nabi Muhammad. Male tradisional biasanya terdiri dari telur ayam atau telur bebek yang ditusuk tengahnya dengan bambu kemudian ditutup dengan kertas hias warna warni dengan motif yang beragam dan ditancapkan ke batang pisang yang telah dipersiapkan sebelumnya. Di bagian paling bawah terdapat tandu kecil untuk mempermudah memindahkannya dari rumah si pembuat male ke tempat pelaksanaan maulid Nabi (masjid, langgar, surau, mushollah atau pesantren). Sementara male kontemporer memiliki bahan dan bentuk yang tidak terikat dengan pakem male tradisional. Male kontemporer bisa bunga, rumput, pohon, masjid, onta, rumah panggung khas loloan atau bentuk lain sesuai dengan kreatifitas pembuatnya. Hanya satu yang tidak tergantikan, yakni telur hias yang tetap menjadi ciri khas male

Bentuk tata kelakukan masyarakat dalam tradisi bunga telur (male) ini terdapat pada rposes pelaksanaannya yang memiliki tiga tahapan yaitu:

Tahap Persiapan

Tahap persiapan merupakan rangkaian kegiatan sebelum memulai sesuatu kegiatan. Dalam tahap awal ini disusun hal-hal yang harus dilakukan masyarakat Loloan Timur sehari sebelum dilaksakankan tradisi Bunga Telur (Male).  Terlebih dahulu mempersiapkan ratusan telur yang sudah direbus lalu disiapkan pajegan dalam bentuk yang sesuai diinginkan keluarga si bayi. pajegan tersebut maksudnya adalah bentuk persembahan susunan untuk telur yang akan dihias atau bisa juga dikatakan kerangka male.

Usia anak atau bayi yang akan dibuatkan male berumur 180 hari hingga usia bayi belum memasuki usia menginjak tanah. Male diberikan nama anak atau bayi, ditempel pada kerangka male yang sudah jadi, supaya orang lain tau bahwa keluarga yang membuatkan anaknya male ini memiliki nama tersebut. Cara pembuatan Male sangat mudah dan sederhana, Telur yang sudah direbus kurang lebih berjumlah 250 butir didiamkan atau didinginkan, lalu menggunting kertas dengan ukuran tertentu digunting sesuai dengan motif yang diinginkan. seletah itu, bentuk warna-warni yang lain menjadi seperti macam bunga atau bisa bentuk yang lain. Kemudian ditempel atau direkatkan di sebuah bambu atau kayu dengan panjang kira-kira 50 cm. Bambu yang digunakan biasanya digunakan pada kerangka layang-layang. Bentunya bunga telur berada di paling puncuk bambu mengikuti bentuk miniatur male. 

Kostum yang digunakan tidak ada yang istimewa hanya menggunakan pakaian muslim seperti pada umumnya dan properti yang disiapkan oleh orang tua si bayi adalah menyiapkan santun atau sesaji yang disiapkan di atas talam. Santun adalah kelengkapan setiap peristiwa hajatan untuk seseorang dengan sebuah talam yang berisi kain songket, sebilah keris (pusaka), beras kuning, tepung kuning, kelapa gading, pisang, air bunga, mangkok berisi uang receh dan sebuah gunting kecil untuk potong rambut.

Upaya Pelestarian Karya Budaya

Pelindungan:

  • Selalu mengadakan ritual Male di saat Bulan Rabiul Awal/Bulan kelahiran Nabi Muhammad SAW

Pengembangan:

  • Bentuk male zaman dahulu dan zaman sekarang telah mengalami pergeseran dari bentuk secara keseluruhan, motif maupun warna. Dahulu masyarakat Loloan membentuk motif male yang tradisional, male tradisional biasanya telur ditancapkan di batang pohon pisang yang terbuat dari bambu lalu telur dihiasi warna-warni emudian di tancapkan ke batang pohon pisang, karena zaman dahulu pohon pisang mudah didapatkan. tradisional itu masih mudah. Setelah perkembangan zaman karena keterbatasan pohon pisanh sehingga diganti menjadi bambu menjadi tusukan telur itu tidak mudah sehingga motif Male mengalami perubahan yang modern yang disebut dengan male kontemporer. Male kontemporer biasanya cara mempersiapkannya lebih mudah dan praktis karna pajegan yang kontemporer biasanya di sewa dalam bentuk pajegan yang sudah jadi yang bentuknya bermacam-macam contohnyaseperti ka’bah, masjid, mobil, perahu, dan lain-lain.

Pemanfaatan:

  • Male sering ditampilkan pada event yang rutin di lingkungan Loloan seperti event Loloan Zaman Lame dan kunjungan wisatawan

Pembinaan

  • Keluarga kecil masyarakat Loloan sering melakukan pembinaan yang tidak langsung secara kekeluargaan menuntut generasi muda untuk melestarikan male

Secara rutin melaksanakan tradisi itu pada moment ritual potong rambut pada anak bayi dan peringatan hari besar islam Maulid Nabi Muhammad SAW setiap tahunnya.