Dokumen Mebuug-buugan

Mebuug-buugan

Tradisi Mebuug - Buugan merupakan permainan rakyat dengan menggunakan media lumpur, memiliki makna filosofi berkaitan dengan hari raya Nyepi. Perayaan Tradisi ini memiliki tujuan memohon anugerah kehadapan Ida Sanghyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa) agar umat manusia diberikan kesejahteraan dan keselamatan lahir bhatin.

Tradisi Mebuug-buugan sesuai dengan namanya “Buug” (bahasa Bali) yang berarti lumpur/kotor yang ada di kawasan atau areal tertentu. Setelah mendapat imbuhan (awalan, akhiran, dan pengulangan) menjadi Mebuug-buugan berarti melakukan kegiatan/aktifitas. Jadi Tradisi Mebuug-buugan adalah aktifitas sekelompok orang, komunitas, masyarakat yang berkaitan dengan lumpur.

Tradisi Mebuug-buugan merupakan Tradisi Sakral yang dilaksanakan pada hari Umanis Nyepi oleh masyarakat Desa Adat Kedonganan, Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung. Sejarah singkat Tradisi Mebuug-buugan ini telah ada sebelum penjajah masuk Indonesia namun sekitar Tahun 1963 (Gunung Agung meletus), dan dilanjutkan dengan adanya G30S PKI (1965). Tradisi ini terhenti sementara menunggu situasi negara kondusif. Berdasarkan informasi seorang informan bernama I Wayan Doglas, bahwa pencetus Tradisi adalah Almarhum I Wayan Glibeg. Dikatakan bahwa pelaksanaan Tradisi ini awalnya bertepatan dengan hari raya Nyepi, karena waktu itu pas hari Nyepi dibolehkan beraktifitas hanya dilarang menjinjing atau memikul sesuatu karena mendapat kecurigaan para penjajah. Lama kelamaan muncul ide agar tidak mengganggu hari raya Nyepi.

Tradisi ini dilaksanakan pada Umanis Nyepi dengan sarana lumpur sebagai medianya. Secara sosial masyarakat ingin menunjukkan kebersamaan setelah melakukan Catur Bratha Penyepian selama satu hari penuh dan keesokan harinya dilanjutkan dengan permainan Tradisi Mebuug-buugan ini secara gembira ria dengan tetap mengacu pada hari raya Nyepi sebagai rangkaian ritual yang tidak dapat dipisahkan mengingat nilai-nilai filosofi yang melekat dalam acara tersebut tuntunan adi luhung bagi masyarakat setempat yang diwujudkan dalam sebuah permainan dengan bentuk Tradisi Mebuug-buugan.

Upaya Pelestarian Tradisi Mebuug-buugan adalah dalam pelaksanaan Tradisi ini para tokoh-tokoh Adat (Bendesa Adat Kedonganan) selalu melibatkan semua komponen masyarakat Adat dari anak-anak remaja baik putra dan putri begitu para orang tua semua terlibat dalam kegiatan ini. Dimana kegiatan Mebuug-buugan secara rutin dan berkesinambungan dilaksanakan setiap tahun pada hari Umanis Nyepi/Ngembak Geni (sehari setelah perayaan hari raya Nyepi), karena kegiatan ini erat kaitannya dengan pelaksanaan hari raya Nyepi yaitu salah satu hari raya suci bagi pemeluk Agama Hindu.