Ngusabha Bukakak
- Sejarah Tradisi Ngusabha Bukakak
Tradisi Ngusabha Bukakak dilaksanakan, sebab tradisi Ngusabha Bukak tidak bisa terlepas dengan karakteristik masyarakat Desa Giri Emas yang sebagian besar mata pencahariannya besumber dari pertanian hingga sekarang ini. Didalam sebuah pertanian untuk mendapatkan hasil yang sesuai diharapkan sebelumnya, para petani sangatlah bergantungan pada nasib keberutungan mereka. Keberadaan dari Subak/Sawah sangat berperan penting bagi masyarakat Desa Giri Emas. Oleh karena itu, setiap bulan Purnama Kedasa masyarakat mengadakan ritual ataupun upacara Ngusabha Bukak sebagai perwujudan bentuk rasa syukur serta permohonan kesuburan pada tanah pertanian masyrakat terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
- Sistem Pelaksanaan Upacara Ngusabha Bukakak di Desa Giri Emas
Sistem ritual upacara merupakan suatu ritual yang berwujud aktivitas dan tindakan manusia dalam melaksanakan kebhaktian terhadap Tuhan yang bertujuan untuk berkomunikasi dengan para dewa, roh nenek moyang, mahkluk halus, dan dunia gaib (Koentjaraningrat, 1990: 376). Upacara dan juga ritual juga,diartikan sebagai pendekatan, penghormatan yang dalam agama Hindu dikenal dengan sebutan Yajna (pengorbanan suci, cinta kasih dan keputusan). Begitu pula dengan sisitem ritual mengenai tradisi Ngusabha Bukakak dilaksanakan pada Bulan Purnama Kedasa (Kalender Bali) atau Bulan April (Kalender Jawa) melalui berbagai proses. Mengenai lokasi upacara Dalam proses pelaksanaan upacara Ngusabha Bukakak tersebut, banyak melibatkan berbagai pura yang ada di Desa setempat. Pada dasarnya pelaksanaan tradisi Ngusaba Bukakak berpusat di Pura Subak (Pura Pasek), namun selain itu juga dilaksanakan diberbagai lokasi Pura seperti di Pura Empelan (Bedugul), Pu- 7 ra Pancoran Emas, Pura Gaduh, dan Pura Panti. Selain itu juga dilaksanakan dipura Kahyangan Tiga yang merupakan pura yang diempon oleh masyarakat Desa Giri Emas diantaranya yaitu Pura Gunung Sekar (Pura Desa), Pura Segara, dan Pura Dalem. Kemudian lokasi pelaksanaan untuk upacara yang lainnya seperti Melis dilaksanakan di Segara (di laut) dan Ngaturang Banten (mengahaturkan sesajen) di masing-masing petak sawah masyrakat. Selanjutnya pelaksanaan tradisi Ngusabha Bukakak ini dilaksankan selama enam hari, adapun rangkaian dari pelaksanaan tradisi Ngusabha Bukakak meliputi berbagai rangkaian seperti;
(1) upacara Melis Kesegara, dilakukan pada hari pertama yang dilaksanakan di pinggir laut Desa Giri Emas.
(2) pada hari ke-dua dinamakan dengan upacara Ngusaba Uma, yaitu melalui beberapa tahapan yaitu upacara Ngusabha di Pura Empelan, Pura Panti, Pura Gaduh dan persmbahyangan dimasing-masing petak sawah yang dimiliki oleh warga setempat.
upacara Ngembang, rangkaian upacara pada hari yang ke-tiga meliputi pembuatan Dangsil di Pura Subak dan malam harinya melaksanakan upacara persembahyangan (Nuntun Ida BhataraBhatari).
(4) upacara Ngusabha di Pura Dalem dan Pura Segara, pada hari keempat pagi harinya masyarakat terlbih dahulu menancapkan Dangsil dan Penjor diiringi gamelan Gong Duwe, setelah itu, kemudian dilaksanakan upacara di Pura Dalem dan Pura Segara.
(5) upacara Gedene (Puncak Upacara), Pada hari kelima merupakan puncak upacara di sebut dengan Ngusabha Desa dan
(6) upacara Melayagin Bukakak. Rangkaian upacara pada hari yang ke-enam atau upacara Melayagin adalah meliputi berbagai rangkaian upacara yakni pembuatan Sarad Ageng (tempat Bukakak), melaksnakan persembahyang di Pura Pancoran Emas, upacara Mejaya-jaya ke Pura Gunung Sekar, dan Melancaran atau membawa Bukakak bepergian