Ritual Dewa Masraman di Pura Panti Timbrah Desa Paksebali Kecamatan Dawan Kabupaten Klungkung Timbrah
Pelaksanaan tradisi Desa Masraman merupakan salah satu bentuk peng-aplikasian dari konsep kultus Dewa Raja yang mengandalkan bahwa seorang raja/seorang pemimpin yang dianggap memiliki kemampuan lebih (sakti dan kuat) adalah keturunan dewa dan layak dihormati. Ida Bhatara Ratu Gumang, Ida Bhatara Batur, Ida Bhatara Ratu Kelod Kangin, Ida Bhatara Manik Botoh (Manik Angkeran), Ida Bhatara Ratu Nganten, Ida Bhatara Manik Bingin dan Sapta Rsi lainnya, merupakan representasi masyarakat Banjar Timbrah dalam menghormati leluhur mereka. Penghormatan tersebut bertujuan agar masyarakat setempat, dilindungi seluruh keturunanya, diberikan panen melimpah dan dijauhkan dari segala penyakit. Dengan diadakannya tradisi ini, masyarakat Banjar Timbrah percaya bahwa mereka senantiasa dilidungi dari alam dewata oleh para leluhurnya.
Tradisi Ritual Dewa Masraman di Banjar Timbrah masih tetap bertahan sampai sekarang. Karena masyarakat pengusungnya masih ada lingkungan lokus ritus tradisi setempat. Dengan demikian, adanya pengaruh modernisasi luar yang berpotensi menggerus dan menggeser kekuatan taksu tradisi setempat peluangnya sangat kecil. Tetapi disisi lain, daya saing masyarakat pengusungnya terhadap perkembangan pendidikan yang lebih tinggi serta peluang kerja di sektor lain di luar wilayahnya juga terhambat.
Tradisi Dewa Masraman juga merupakan salah satu sumber potensial untuk membangkitkan perekonomian masyarakat setempat. Kondisi ini tidak saja menguntungkan dalam bidang perekonomian, melainkan juga menambah tanggungjawab masyarakat bersama untuk menjaga kesakralan budaya yang tercermin dari tradisi Dewa Masraman. Tujuannya adalah untuk menghindari pelaksanaan budaya yang tidak bertanggungjawab, dengan ditandai kaburnya nilai kesakralan, kesucian pada budaya bernilai komersil. Oleh karena itu, tanggungjawab generasi saat ini cukup berat dalam membentengi pelaksanaan budaya agar tetap berada dalam koridor nilai-nilai yang ideal.
Adapun rangkaian / Tahapan Prosesi dari upacara Dewa Maraman adalah :
- Kegiatan yang dilakukan pertama adalah masyarakat menyiapkan sarana dan Prasarana Upakara / Banten./
- Kemudian Masyarakat berkumpul di Pura Panti Timbrah untuk kegiatan membuat Lawar yang terdiri dari 5 jenis lawar. Pembuatan lawar ini sebagai simbol pemersatu segala perbedaan yang ada di Desa tersebut. Pada Pukul 03 pembuatan lawar selesai.
- Setelah lawar selesai dibuat maka dilanjutkan dengan acara Nunas Paica, yang terdiri dari Nasi,Lawar dan Sate. Paica tersebut beralaskan daun Pisang. Acara nunas paica ini melibatkan golongan anak-anak yang akan beranjak Remaja, yang bermakna pemberian bekal kepada anak anak agar mereka memiliki dasar ajaran agama dan dengan kegiatan tersebut akan mdapat membentuk karakter anak.
- " Megibung " ( Makan bersama ) dengan menu : Nasi Putih, Lawar dan Garam, yang beralaskan Klakat. Pada Prosesi megibung ini melibatkan orang Dewasa. Prosesi Megibung juga memiliki makna memperkokoh persatuan dan menyatukan segala perbedaan yang ada baik itu sifat , prilaku dan karakter dari penduduk desa Paksebali.
- Pada Pukul 05 00 dilaksanakan prosesi Penyucian 7 Jempana (Joli) yang diusung oleh Taruna Desa Adat Paksebali, 1 Jempana diusung oleh 2 teruna. jempana tersebut disung menuju ke Sumber Air ( Sungai Sagening). Di sumber air tersebut dilaksanakan upacara Permohonan Air Suci dan Pembersihan Jiwa dan Raga para pengayah sebelum dan sesudah Upacara Dewa Masraman. Setelah itu Jempana kembali ke Pura Panti Timbrah. Pada saat Jempana tiba di Jaba Tengah Pura Panti Timbrah Jempana tersebut akan disambut dengan Tarian Rejang Dewa yang ditarikan anak-anak dan Tari baris yang tangannya memegang senjata keris. Setelah tarian tersebut 6 dari 7 Jempana mulai diarak ( Digarap ) seolah-olah terjadinya peperangan antar Jempana. Mungkin hal tersebut membuat ritual tersebut sering disebut dengan Tradisi Dewa Mepalu. Jempana seperti melilit menjadi satu seolah terjadi peperangan. Dari 7 Jempana 1 Jempana tidak ikut yaitu Jempana Pelinggih Ida Bhatara Ratu Lingsir, karena Bhatara Ratu Lingsir adalah Ida Bhatara yang Dituakan diantara 6 Dewa yang mengikuti jalannya Prosesi Dewa Masraman tersebut. Beliau hanya Nodya dan mengawasi jalannya Prosesi. Setelah itu Jempana akan kembali ke tempat ( Payogan Ida ) masing-masing
- Tahapan yang terkhir adalah melakukan persembahyangan bersama.