Tari Baris Panah
Asal Usul/ Perkembangan Tari Baris Panah
Tari Baris Panah merupakan tarian sakral yang ada di Banjar Dinas Kangkaang, Desa Kertha Mandala, Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem, dimana hingga saat ini masih dilestarikan oleh masyarakat setempat. Tari Baris Panah ini merupakan tari upacara dimana tarian ini ditarikan setiap enam bulan sekali atau setiap Saniscara Kliwon, Wuku Kuningan (Tumpek Kuningan) Piodalan Ida Meraga Taksu Baris Dadap dan Baris Panah mapesengan Ida Bhatara Bagus Ayu Sakti. Tari Baris Panah ditarikan oleh enam orang laki-laki, berperan sebagai wanita menjadi simbol kesetiaan terhadap pasangannya, sehidup semati dalam melakoni kehidupan di dunia.
Mendeskripsikan awal mula Tari Baris Panah yang ada di Banjar Kangkaang, Desa Kertha Mandala harus dimulai dari sejarah awal keberadaan tempat tari tersebut berada, karena hal itu sangat terkait dengan kedatangan masyarakat pendukung budaya tersebut yang berasal dari Desa Ngis, kemudian bermigrasi ke desa Culik (Desa persiapan Kertha Mandala) yang kemudian menetap di Banjar Kangkaang untuk bercocok tanam, lengkap membawa satu perangkat tarian sakral yang masih dipelihara dan disakralkan sampai sekarang yaitu Tari Baris Panah. Keberadaan Tari Baris Panah menurut salah satu pelatih yaitu I Ketut Merti menyebut bahwa tari tersebut sudah ada sejak tujuh keturunan lebih di Banjar Dinas Kangkaang, Desa Kertha Mandala, Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem. Terciptanya tarian ini tidak diketahui secara pasti, namun berdasarkan tradisi lisan berawal dari perpindahan masyarakat dari Desa Ngis ke Banjar Kangkaang (dulunya termasuk wilayah Desa Linggawana) sekitar tahun 1700-an, karena paceklik pertanian di Desa Ngis, kemudian menetap di Kangkaang untuk bercocok tanam. Perpindahan masyarakat tersebut, lengkap membawa satu perangkat tarian sakral beserta perlengkapannya yang masih dipelihara dan disakralkan sampai sekarang yaitu Tari Baris Panah (Mayun Artati, dkk. 2023: 6). Di daerah yang baru yaitu di Banjar Dinas Kangkaang, kehidupan mereka semakin mapan dan diyakini karena berkat kuasa Tuhan Yang Maha Kuasa, dan sasuhunan masyarakat Desa Ngis (Ida Bhatara Bagus Ayu Sakti), maka sebagai wujud terimakasih masyarakat maka selalu dipentaskan Tari Baris Panah yang mereka bawa dari Desa Ngis pada hari Saniscara Kliwon Wuku Kuningan sebagai hari upacara Beliau atau piodalannya di Pura Pemaksan Ngis.
Struktur Bentuk Tari Baris Panah
Bentuk dari Tari Baris Panah yaitu sebuah bentuk tari putri ksatria yang bertemakan keprajuritan dengan nilai-nilai semangat, wibawa, dan dinamis. Semangat tersebut tampak pada ungkapan jiwa keprajuritannya yang selalu siap, siaga, dan tanggungjawabnya sebagai seorang prajurit yang memiliki tugas pokok untuk menjaga keamanan dan kedaulatan wilayahnya dari mara bahaya berupa penyakit. Tanpa jiwa yang semangat niscaya luntur kekuatan sebagai seorang prajurit yang pada gilirannya keseimbangan alam menjadi tidak kondusif (Wati, 2021: 183). Berikut adalah komponen Tari Baris Panah:
- Penari
Tari Baris Panah ditarikan oleh enam orang laki-laki, berperan sebagai wanita bermakna Sekala-Niskala. Wanita secara Sekala (di dunia nyata), merupakan simbol seorang ibu dalam sebuah keluarga yang penuh kesetiaan, dan tanggungjawab mengatur kelangsungan ekonomi keluarganya (suami, dan anak-anaknya), baik sehidup-semati dalam melakoni kehidupan di dunia. Wanita secara Niskala merupakan simbol ibu pertiwi (tanah-kesuburan), yang akan bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup alam, dan masyarakat. Tarian ini ditarikan oleh laki-laki yang berlakon sebagai perempuan karena pada setiap Kuningan tarian ini wajib ditarikan dan jumlah penari juga harus 6 tidak boleh kurang sehingga jika perempuan yang menarikan mungkin saja ketika harus pentas mereka memiliki hambatan seperti mengalami menstruasi sehingga tidak boleh ikut menarikan. Untuk menghindari hal tersebutlah maka penarinya adalah laki-laki.
- Tata Rias dan Busana
Tata rias muka yang digunakan adalah tata rias umumnya penari Bali. Perias haruslah lelaki dan tidak boleh perempuan.
Busana yang digunakan adalah gelung galuh (penutup kepala) yang dihias dengan bunga kamboja, dan bunga kembang sepatu merah, beserta rambut panjang sebagai simbol seorang perempuan. Pada bagian leher terdapat bapang yang dibuat dari kulit dan dibubuhi berbagai permata. Pakaian tarinya berupa pakaian dengan bahan kain prada dengan bentuk seperti pakaian tari Legong. Pakaian bawahnya terdiri dari awiran dan lelamakan, terbuat dari kain berwarna-warni, yang terlihat longgar, menjuntai ke bawah, dan bertumpu pada bagian pundak.
- Perlengkapan/properti
Karena tarian ini memiliki jalan cerita tentang peperangan, maka komponen senjata tidak boleh dilewatkan. Perlengkapan senjata yang dibawa adalah busur dan anak panah sebagai ciri khas Tari Baris Panah.
- Struktur Pertunjukan
- diawali dengan melaksanakan Banten Penuur pada pukul 5 sore oleh para pemangku dan didukung oleh Pengempon Pura Pemaksan Ngis, serta oleh orang-orang yang telah mendapat berkah pada Pelinggih Bhatara Bagus Ayu Sakti.
- para penari akan memohon izin dihadapan Pelinggih Bhatara Bagus Ayu Sakti untuk menarikan Tari Baris Panah tersebut.
- Setelah itu penari akan mulai berhias, memakai kostum tari, rambut, dan gelung kepala serta membawa busur dan anak panah.
- Tepat jam 19.00 Wita penari akan mulai menari sesuai dengan irama gamelan sampai selesai.
- Ragam Gerak
Gerak Tari Baris Panah memiliki makna yang bersifat sakral yakni mengarah pada empat arah mata angin dan di tengah sebagai pusatnya. Diawali dari arah Timur sebagai sumber kehidupan yang ditandai dengan terbtnya matahari, kemudian ke arah selatan, arah barat, arah utara, dan terakhir di tengah. Beberapa gerak yang muncul tercakup dalam 3 bagian yaitu awal (papeson), tengah (pangawak), dan penutup (pangecet atau pakaad).
- Tahap awal (papeson) merupakan gerakan ketika penari memulai tarian atau memasuki arena terdiri dari gerak agem ngawan (gerak dasar agem kanan), agem kiwa (gerak dasar agem kiri), ngeed (posisi badan rendah dengan menekuk lutut), nyeleseh (gerakan berjalan ke depan), makipekan (gerakan wajah menoleh ke kanan atau ke kiri), nyengking (gerakan menunduk dengan posisi tangan dipinggang), ngulah nguter (gerakan mengayun-ayunkan anak panah memutar setengah lingkaran).
- Tahap tengah (pangawak) merupakan tahap tarian inti yang terdiri dari agem ngawan (gerak dasar agem kanan), agem kiwa (gerak dasar agem kiri), nyengking (gerakan menunduk dengan posisi tangan dipinggang), kirig udang (gerakan mundur), ngibas oncer (gerakan mengibaskan oncer/selendang dengan tangan), mentang panah (gerakan merentangkan panah), malpal ngabah dan malpal piles (gerakan kaki seperti jalan ditempat kemudian memutar tumit ke depan), nengkleng (gerakan kaki yang salah satu kaki diangkat), nanjek (gerakan akhir kaki dengan salah satu kaki memberikan tekanan).
- Tahap penutup (pengecet) merupakan tahap akhir pada proses menari beberapa gerakan sebelum tarian diakhiri seperti angsel (gerakan penghubung ke gerakan selanjutnya), manah (gerakan tangan memanah), nyingklak (gerakan permainan tangan keatas dan ke bawah), ngayung (gerakan tangan memegang panah dan mengayunkan ke kanan dan ke kiri), sambil berteriak kemudian berputar ke arah mata angin selanjutnya.
- Musik Iringan
Adapun musik pengiring atau gamelan yang digunakan dalam seni pertunjukan Tari Baris Panah adalah Gamelan Pegambuhan yakni rebab, kangsi, kajar, ceng- ceng ricik, gentorag, kempur, klenang, kenyir, gumanak, dan sepasang kendang krumpung.
- Waktu dan Tempat Pertunjukan
Waktu pementasan adalah pukul 19.00 Wita sedangkan arena pementasan Tari Baris Panah adalah di pelataran depan Pelinggih Ida Batara Bagus Ayu Sakti.
Adapun Fungsi dan Makna yang terkandung pada Tari Baris Panah adalah sebagai berikut:
Fungsi
- Fungsi Sosial
Pementasan Tari Baris Panah memberikan setiap penduduk keadaan damai, rukun, saling hormat menghormati dengan yang lainnya sehingga tercipta keselarasan dan keharmonisan.
- Fungsi Psikologis
Tari Baris Panah digunakan sebagai sebuah sarana untuk memohon keselamatan, kesembuhan, rasa syukur warga akan hasil panen sehingga pementasan ini akan memberikan rasa tenteram, aman, damai, percaya diri bagi warga setempat yang dapat mempengaruhi psikologisnya.
- Fungsi Hiburan
Pementasan Tari Baris Panah akan memberikan kebahagian dan hiburan religi bagi warga yang menyaksikannya.
Makna
- Makna Kepahlawanan
Makna ini berkaitan dengan sikap ksatria dan kesetiaan yang ditunjukkan dalam tarian yakni keberanian perempuan untuk berjuang mempertahankan desa.
- Makna Estetika
Estetika dalam tarian ini mencakup makna yang luas yang dapat dilihat dari gerak tarian, kostum yang digunakan, musik yang mengiringinya menampilkan nilai seni yang dapat menghibur.
- Makna Solidaritas/kebersamaan
Makna solidaritas ini terlihat pada saat akan mempersiapkan upacara dan pementasan tarian ini dipersiapkan secara bersama oleh pengempon Pura Pemaksan Ngis dengan gotong royong, disamping itu juga terdapat keselarasan antara penari yang berkelompok dengan penabuh yang mengiringinya.
- Makna Ekonomi
Makna ekonomi akan muncul ketika pelaksanaan pementasan Tari Baris Panah ini berlangsung akan memicu adanya keramaian penonton baik dari pengempon maupun masyarakat luas yang ingin juga menyaksikannya. Kondisi ini tentu saja akan mendatangkan para penjual makanan, minuman, dan lainnya untuk berjualan disekitar tempat tersebut. Dengan demikian akan terjadi proses jual beli yang dapat memberikan nilai ekonomi pada masyarakat sekitarnya.
- Makna Religius
Pementasan Tari Baris Panah ini merupakan salah satu perwujudan dari aktifitas dan emosi keagamaan. Tari Baris Panah diyakini oleh masyarakat pengemponnya sebagai tarian sakral yang dapat menjadi penghubung ketaatan beragama kepada Ida Sesuhunan (Tuhan).
- Makna Spiritual
Makna spiritual ini berkaitan dengan kepercayaan masyarakat setempat dengan adanya Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang keberadaannya tidak dapat dilihat namun dapat dirasakan. Keberadaan Tari Baris Panah berkaitan erat dengan Sesuhunan yang dipercaya oleh masyarakat setempat bahwa Beliau dapat memberikan penghidupan yang lebih baik melalui hasil bumi yang melimpah dan juga menghalau marabahaya dan wabah.