Dokumen Tari Daa Malom

Tari Daa Malom

Asal Usul/ Perkembangan Tari Daa Malom

Tari Daa Malom merupakan salah satu budaya yang dimiliki oleh masyarakat Desa Adat Ngis yang telah mengalami pewarisan secara turun temurun. Masyarakat Desa Adat Ngis mempercayai bahwa Tari Daa Malom merupakan tarian sakral yang pementasannya hanya dapat dilakukan pada rangkaian upacara Ngusaba Puseh yang bertepatan pada musim kemarau, yaitu pada Purnama Sasih Kasa nemu Kajeng (berdasarkan kalender Bali)  yang dilangsungkan setiap tahunnya. Secara etimologi Daa Malom terdiri dari dua suku kata, yakni Daa dan Malom. Menurut kamus Bali Indonesia (Gautama, 2009: 147) kata Daa atau Daha mempunyai arti wanita, sedangkan kata Malom mempunyai akar kata Lom yang berarti hijau subur (Gautama, 2009: 423), dan mendapatkan awalan kata Ma yang mempunyai arti menyatakan, sehingga dapat disimpulkan dengan kata Malom. Jadi kata Daa Malom secara harfiah dapat diartikan sebagai wanita dan kesuburan.

Tari Daa Malom merupakan tarian sakral yang pementasannya hanya dapat dilakukan pada rangkaian Ngusaba Puseh yang berlangsung setiap 1 (satu) tahun sekali di Desa Adat Ngis. Masyarakat Desa Adat Ngis mempunyai kepercayaan bahwa Tari Daa Malom merupakan sebuah bentuk atau cara menyampaikan rasa syukur serta permohonan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tarian ini dibawakan oleh wanita yang masih gadis atau suci sejumlah dua orang yang menyimbulkan sebagai purusa (laki-laki) dan predana (perempuan) guna memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa supaya Desa Adat Ngis dianugerahi kesuburan dan kemakmuran. Hal ini terkait dengan aktivitas sebagian masyarakat Desa Adat Ngis yang bermata pencaharian di sektor pertanian. Penari Daa Malom ini dipilih dengan memenuhi beberapa persyaratan yaitu, tidak berasal dari keluarga Panglingsir Desa (Jro Pasek, Jro Mangku Puseh, Jro Kubayan, Jro Penyarikan, dan keluarga kelihan pemaksan), belum mengalami masa menstruasi, tidak memiliki cacat tubuh bawaan maupun bekas luka, serta tidak pernah digigit anjing.

Bentuk tarian Daa Malom dapat dikatakan unik hal tersebut terlihat dalam pemilihan penari, tata rias dan tata busana, Tata rias pada Tari Daa Malom sangat sederhana tanpa memakai riasan muka umumnya, hanya memakai boreh yang dioleskan di bahu penari mengelilingi badan dengan mempergunakan batang sirih, membentuk simbol tapak dara (tanda tambah). Sedangkan  dari tata busana pada Tari Daa Malom mempunyai kerumitan sehingga dalam pemakaiannya pun dibutuhkan ketelitian. Kerumitan tata busana ini terletak pada pemakaian kamen yang harus menutup kedua kaki penari sehingga saat menarikan Daa Malom, kedua kaki penari tidak boleh terlihat.

Busana yang dikenakan oleh penari Daa Malom merupakan busana yang diwariskan secara turun temurun dan disakralkan oleh masyarakat Desa Adat Ngis. Adapun busana penari Daa Malom terdiri dari ;

  1. Gelung, hiasan kepala yang terbuat dari kulit bambu yang dihiasi oleh pelosor biu, bunga tanpa sari (bunga jepun, medori, padang derman, pucuk bang, dausa, samuhan jahe, daun girang, seroni)
  2. Hiasan badan berupa kostum adalah kain tenun lokal (kain bebali) yang dibuat dengan cara tradisional yang terdiri dari sinjang (tapih) berwarna merah motif bunga-bunga untuk bagian dalam, wastra (kain) berwarna merah untuk bagian luar, anteng (selendang) berwarna merah bergaris warna warni, pepekek (stagen) berwarna merah bercampur kuning, oncer untuk pradana (perempuan) berwarna merah dan pink, sedangkan untuk purusa (laki-laki) berwarna merah dan kuning, lamak berwarna biru.
  3. Aksesori yang dikenakan oleh penari Daa Malom terdiri dari gelang yang terbuat dari perak sejumlah dua pasang, untuk gelang yang dikenakan oleh purusa (laki-laki) lebih besar, sedangkan yang dikenakan oleh pradana (perempuan) lebih kecil. Cincin yang terbuat dari perak sebanyak dua puluh buah, masing-masing penari mengenakan cincin 10 buah (untuk jari tangan kanan 5 buah, jari tangan kiri 5 buah). Selain aksesoris yang terbuat dari perak berupa gelang dan cincin, Daa Malom juga mengenakan aksesoris di telinga yang terbuat dari lidi daun ental dan dihiasi oleh bunga pucuk bang.

Dilihat dari perlengkapan yang dipergunakan dalam pementasan Tari Daa Malom diantaranya banten, bunga jepun, kwangen. Ketika pementasan tari Daa Malom dapat dibagi ke dalam dua tahapan yakni

  1. Tahap persiapan, penari Daa Malom akan melangsungkan penyucian (mandi) di beji kangin kemudian setelah itu dilanjutkan dengan berhias yang dilangsungkan di pura Jro Pasek. Pada saat berhias ini pula, penari dilatih gerakan yang akan dibawakan.
  2. Tahapan prosesi yang terdiri atas:
  • Penari Daa Malom melakukan prosesi mendak tirta. Dalam prosesi mendak tirta ini dibagi menjadi 2 tahap, tahap pertama mendak tirta yang bertempat di batu lempeng dan sebelum memasuki pura puseh.
  • Prajuru desa melakukan prosesi berganti pakaian di pura kediaman masing-masing. Selanjutnya memasuki pura puseh menuju Bale Agung formasi tertentu dan melakukan gerakan tertentu. (Tari Daa Malom Desa Adat Ngis, Kecamatan Manggis, 2022: 73-75).
  • Penari Daa Malom memasuki pura puseh dengan berjalan dan melakukan gerakan tertentu dengan diiringi musik selonding.
  • Penari Daa Malom menerima anugerah dari keempat pra juru desa secara bergantian. Selanjutnya Penari Daa Malom meninggalkan pura puseh dengan digendong oleh saya

Terdapat beberapa gerakan dalam tarian Daa Malom seperti amusti karana, sembah tri kona dan gerakan kuncup kemudian mekar dan dilambaikan ke arah bahu kanan (belakang). Tarian Daa Malom diiringi dengan seperangkat gamelan selonding yang berlaraskan pelog saih pitu, dengan memainkan Tabuh Daa. Tarian ini dipentaskan pada saat purnamaning sasih kasa nemu kajeng atau beteng dilakukan saat sore hari pada rangkaian Ngusabha Puseh. Pementasan dilakukan di natar (halaman) Bale Agung Pura Puseh Desa Adat Ngis.

Tari Daa Malom merupakan tarian yang sangat disakralkan oleh masyarakat Desa Adat Ngis Kecamatan Manggis Kabupaten Karangasem sehingga perlu dilestarikan keberadaannya. Fungsi religius yang terkandung dalam Tari Daa Malom adalah pementasan ini tergolong sakral, tidak sembarangan dilaksanakan, dan masih diyakini sampai saat ini oleh masyarakat pendukungnya, sehingga tarian ini tetap dilestarikan, dikeramatkan, dan dijaga agar tidak hilang seiring zaman. Selain fungsi religius tari Daa Malom memiliki fungsi sosial yakni wahana untuk memupuk dan membina rasa persaudaraan dan persatuan masyarakat karena dalam ritual upacara Ngusabha Puseh tersebut diikuti dengan ritual pementasan Tari Daa Malom sebagai puncak acara, mewajibkan seluruh komponen masyarakat untuk mengikuti dan melaksanakan upacara tersebut. Fungsi lain yang dimiliki oleh Tari Daa Malom adalah fungsi keharmonisan dimana dengan berlangsungnya pementasa tari Daa Malom pada upacara Ngusaba Puseh membawa ketenangan dan keharmonisan di dalam masyarakat. Fungsi terakhir dari tari Daa Malom yakni fungsi estetika yang terlihat pada busana yang dikenakan para penarinya.

Makna dari pementasan Tari Daa Malom adalah makna Tri Hita Karana di mana ada parahyangan, pawongan, dan palemahan yaitu perilaku hubungan yang selaras, serasi dan seimbang manusia terhadap sesamanya, terhadap Tuhan, terhadap alam semesta beserta isinya akan menjadikan manusia utama. Makna simbol Daa Malom disimbolkan sebagai dewa-dewi yang turun ke bumi untuk turut serta memeriahkan dan mengkhidmadkan upacara sacral itu dengan menari. Dewa-dewi merupakan manifestasi Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Makna pendidikan pada pementasan Tari Daa Malom yaitu pendidikan Tattwa, etika, dan upacara. Makna tattwa dan makna etika pada pementasan Tari Daa Malom terletak pada persyaratan penari Daa Malom. Persyaratan ini turun temurun sudah ada dari dahulu tanpa adanya sebuah buku atau pedoman lainnya, sudah menjadi awig-awig yang tidak tertulis dimasyarakat

 Upaya Pelestarian Karya Budaya

Tari Daa Malom merupakan sebuah tari sakral yang ditarikan untuk mengiringi upacara Usaba Puseh di Desa Adat Ngis yang berlangsung setiap satu tahun sekali dan sifatnya wajib dilaksanakan karena berkaitan dengan permohonan kesuburan dan kesejahteraan bagi masyarakat Desa Adat Ngis. Dengan demikian setiap tahun Tari Daa Malom ini akan dilaksanakan oleh masyarakat setempat.

Pelindungan:

  • Melakukan inventarisasi Tari Daa Malom, baik pencatatan, penetapan dan pendokumentasian berupa video dan foto
  • Publikasi pada media sosial

Pengembangan:

  • Melakukan kajian Tari Daa Malom
  • Penyebarluasan kajian Tari Daa Malom